Beranda | Artikel
Allah Pemilik Kekuasaan
Kamis, 23 September 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Allah Pemilik Kekuasaan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Ayat-Ayat Ahkam. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Kamis, 3 Muharram 1443 H / 12 Agustus 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Allah Pemilik Kekuasaan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Katakanlah: ‘Wahai Allah pemilik kekuasaan, Engkau memberikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau mencabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau menghinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tanganMu segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau mampu untuk melakukan segala sesuatu.’” (QS. Ali-Imran[3]: 26)

Ayat yang mulia ini mengandung banyak sekali pelajaran dan faidah.

Pertama, pengajaran Allah ‘Azza wa Jalla kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menyerahkan segala urusan hanya kepadaNya. Ini ada dalam firmanNya: “Katakanlah: Ya Allah, pemilik kekuasaan…” seruan ini ditujukan kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan juga kepada umatnya. Karena Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan suri tauladan yang baik dan imam untuk kita.

Kedua, penjelasan tentang kekuasaan Allah yang sempurna. Hal ini dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Wahai pemilik kekuasaan…“.

Ketiga, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kekuasaan kepada siapa yang Allah kehendaki (tetapi belum tentu Allah ridhai). Hal ini dengan dasar firman Allah: “Engkau memberikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki“.

Keempat, kekuasaannya makhluk bukan kekuasaan yang berdiri sendiri (tidak merdeka). Tetapi kekuasaan makhluk itu didasari dengan adanya pemberian (tentunya yang memberi adalah Allah). Dimana Allah berfirman: “Engkau memberikan kekuasaan“.

Kekuasaan dengan dasar pemberian maka tidak diragukan bahwa ia kurang dari kekuasaan yang memberi. Oleh karena itu telah datang dalam hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى

“Tangan yang berada di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.” (Muttafaqun ‘alaih)

Kelima, penetapan tentang sifat masyiah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Artinya Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak. Ini diambil dari firman Allah: “Engkau memberikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau mengambil kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau menghinakan siapa saja yang Engkau kehendaki.

Segala perkara yang dihubungkan oleh Allah dengan masyiah, maka dia terbangun diatas hikmah yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

Masyiah kalian bergantung dengan masyiah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insan[76]: 30)

Keenam, ayat ini menjelaskan kesempurnaan kekuasaan Allah. Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan kekuasaan dari siapa orang yang Allah kehendaki, kemudian mencabutnya setelah orang itu mendapatkan kekuasaan dari yang Allah kehendaki. Dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Engkau mencabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki“.

Ini dalil tentang kekuasaan Allah yang begitu sempurna. Bagi Allah sangat mudah untuk menghalangi kekuasaan dari seseorang. Ketika Allah tidak menginginkan seseorang berkuasa, maka Allah halangi. Ketika Allah menginginkan orang yang sudah berkuasa untuk dicabut kekuasaannya oleh Allah, maka itu sangat mudah sekali.

Ketujuh, ini juga menjelaskan kesempurnaan dari kekuasaan Allah. Dimana kemuliaan itu dari sisi Allah semata. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Engkau Ya Allah memberikan kemuliaan kepada siapa yang Engkau kehendaki..” Jadi kemuliaan itu dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kedelapan, kerajaan Allah sangat sempurna. Karena Allah sanggup merendahkan/menghinakan siapa yang Allah kehendaki, walaupun seseorang sudah sampai derajat yang paling tinggi dari kemuliaan. Sesungguhnya tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala berada diatasnya. Allah mampu untuk menghinakannya.

Ada banyak contoh dalam hal ini. Di antaranya adalah kisah Fir’aun, seorang raja yang melampui batas.

فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ

Fir’aun berkata: ‘Aku adalah Tuhan kalian yang paling tinggi.’” (QS. An-Nazi’at[79]: 24)

Fir’aun membangga-banggakan dirinya dengan yang dia miliki dari sungai-sungai. Ternyata Allah hancurkan dan binasakan dengan seperti apa yang dia bangga-banggakan.

Contoh yang lain ada kaum Ad. Mereka sombong diatas muka bumi dan berkata “Siapa yang lebih kuat dari kami?” maka Allah binasakan mereka dengan angin. Padahal angin adalah sesuatu yang paling lembut. Mereka sombong (dengan kekuatan), maka Allah hancurkan dengan makhluk Allah yang sangat lembut.

Karena kemuliaan dan kehinaan ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kita tidak boleh meminta dan mencari kemuliaan dari selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itu barangsiapa yang mencari kemuliaan dari selain Allah, maka dia akan menjadi orang yang hina. Maka hendaknya seseorang selalu meminta perlindungan kepada Allah dari kehinaan. Karena Allah lah yang sanggup menghinakan siapa yang Dia kehendaki.

Kesembilan, ditangan Allah Subhanahu wa Ta’ala segala kebaikan. Maksud dari kebaikan adalah semua yang mengandung kemaslahatan dan manfaat bagi hamba, baik dalam perkara dunia atau akhirat. Rezeki, kesehatan dan ilmu adalah kebaikan, amal shalih juga kebaikan. Dan ini semua berada ditangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ…

Tidak ada kenikmatan yang ada pada kalian melainkan itu datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. An-Nahl[16]: 53)

Maka hendaknya tidaklah kita meminta kebaikan kecuali dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena tidak ada seorangpun yang memegang kebaikan ditangannya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dialah yang kita mintakan kebaikannya.

Kesepuluh, keburukan tidak disandarkan kepada Allah, walaupun Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan segala sesuatu. Berapa banyak yang namanya sakit merupakan sebab dari kesehatan jasmani. Berapa banyak kerusakan yang ada pada pertanian dan yang selainnya merupakan sebab dari bertumbuhnya perekonomian dari sisi yang lain.

Kesebelas, ayat ini menjelaskan  tentang keumuman qudratillah, yakni bahwa Allah Maha mampu untuk melakukan segala sesuatu. Ini mencakup seluruh perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perbuatan makhluk.

Ini bantahan terhadap orang-orang Qadariyah yang mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan amal hamba dan tidak menginginkannya, bahwa manusia berdiri sendiri dengan iradah dan amalannya.

Apabila perbuatan ini dengan kuasa Allah, tentunya kita katakan bahwa amal hamba diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diinginkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Engkau Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu.”

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50737-allah-pemilik-kekuasaan/